Postingan

APOTEKER

Saya mau curhat. Kapan lagi nih si hilma bisa ngeluarin unek2 sefrontal ini :D APOTEKER By: Hilma Humairah Diantara kegalauan dan kebingungan,  haruskah saya mengambil profesi apoteker setelah saya menyelesaikan studi saya di fakultas farmasi selama 4 tahun? Saya memikirkan banyak hal mengenai ini. Banyak sahabat bertanya,  kenapa ga lanjut apoteker? Hmm..  Kenapa yaa.  Belum ada biaya. Ah bohong. Terus apa? Ya jujur saya belum mantap untuk memiliki profesi sebagai apoteker (untuk saat ini).  Banyak sekali pertimbangan. (dasar si hilma kebanyakan mikir,  ga bakal maju2 kalau gitu mah atuh). Menjadi Apoteker bukan perkara mudah. Pelajarannya sungguh, bikin meleleh otak. Tak jarang mahasiswa mengundurkan diri di tengah perjalanan perkuliahan, karena tidak sanggup. Bukan masalah biaya, beberapa teman saya mundur (sungguh-sungguh mengundurkan diri dari Fakultas Farmasi) karena tidak sanggup menerima pelajarannya. Menjadi Apoteker pun kadang bukanlah pilihan pertama, seperti (sebut saj

LUKA BATIN

5 Pola Tersembunyi Luka Batin Manusia (Termasuk pada Anak) Semua manusia pasti pernah terluka batinnya, hanya ada 2 pilihan saat manusia terluka batinnya. 1. Dia ijinkan dirinya sembuh 2. Dia memilih tetap terluka sama seperti luka fisik, saaat perlu diobati maka syarat pertama adalah buka lukanya (tunjukan lukanya) dan jika tidak bisa diobati sendiri maka mintalah bantuan orang lain yang dipercaya (atau ahlinya). Jika Memilih tetap terluka, bungkus dan sembunyikan luka itu. tetapi ada "bau" tidak enak yang dikeluarkan luka itu, biasanya nampak dari perilaku dan perkataan, dan ini ada polanya.Dan pola ini bisa terbentuk dari masa kanak hingga dewasa. Salah satu contohnya, Kesukaan membully orang lain bukan karena orang lain, pihak luar atau sesuatu yang membuat mereka marah. Itu LUKA BATIN dalam dirinya sendiri. Wounded child within. Luka batin yang sebabnya duluuu sekali(sejak masa anak) Merasa tidak dihargai, dihukum kelamaan dan berlebihan oleh ortunya, atau ci

BALITA STRESS

Tips menghadapi balita stress atau frustasi Oleh Kiki Barkiah 1. Install dalam pikiran kita bahwa balita mengalami frustasi atau stress adalah sebuah kewajaran. Sehingga kita tidak perlu ikut merasa stress atau frustasi juga. Hal ini terjadi karena adanya gap antara keinginan dan kemampuan. 2. Bantu balita stress untuk lebih mampu melakukan yang diinginkan. Seperti melepas bantuan secara bertahap sambil melatih mereka melakukan sesuatu yg diinginkannya. Tidak melepas bantuan seluruhnya secara mendadak, tidak juga dengan membantu mereka terus-menerus. 3. Bantu balita stress untuk mengungkapkan keinginannya dengan cara yang baik 4. Bantu balita stress untuk mengalihkan keinginannya menjadi sesuatu yang lain bila dirasa saat itu tidak memungkinkan untuk direalisasikan 5. Dalam kasus tertentu beri kesempatan kepada balita stress untuk menenangkan diri sampai ia siap untuk mengungkapkan keinginannya atau merealisasikan keinginannya 6. Jangan bantu balita stress demi menghentikan stre

SAMPAH

By: Hilma Humairah Pernahkah anda merasa tiba-tiba menjadi gundah gulana, galau, resah gelisah, riweuh bin rudet tanpa ujung pangkalnya, atau marah-marah tanpa sebab, uring-uringan, atau lemes dan malas sekali beraktifitas. Hanya karena teringat masa lalu, mendengar perkataan orang lain, membaca komentar orang lain, atau melihat sikap negatif orang lain? Saya yakin semua orang pernah mengalaminya, termasuk saya, anda, dia dan mereka. Yah moment-moment dimana kita tanpa sadar telah terpengaruh vibrasi (getaran) dari sampah emosi negatif. Sehingga frekwensi getaran pribadi kita jadi turun, dan emosi kita masuk dalam skala emosi rendah. Sebagaimana teko yang hanya mengeluarkan isi sesuai dengan yang ada di dalamnya. Misal jika isinya air kotor, maka ketika kita tuang teko tersebut, yang keluar adalah air kotor. Dan ketika air bening yang ada di dalam teko, maka yang keluar juga air bening. Maka demikianlah ekspresi yang keluar dari seseorang. Jika bersih hatinya, maka kata-katanya ju

3 TAHAPAN PENTING MENDIDIK ANAK ALA SAHABAT ALI BIN ABI THALIB

➡ 1. Anak usia 0 – 7 tahun Didik dengan kasih sayang. Jangan sekali-kali memarahi si kecil karena mereka belum tau mana yang baik dan buruk. Perlakukan mereka dengan ketulusan, kelembutan sebab hal itu akan mempengaruhi perilaku mereka kelak. Sesibuk apapun kita, hendaknya penuhi panggilan ananda, itulah bentuk kelembutan orang tua. ➡ 2. Anak usia 8 – 14 tahun Di usia ini anak sudah mulai memahami dan mengerti mana yang baik dan mana yang jelek. Ini adalah saat yang tepat bagi orang tua untuk memberikan beberapa hak dan kewajiban tertentu. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memerintahkan anak untuk melakukan sholat fardlu di usia 7 tahun dan memperbolehkan orang tua memukulnya (menghukum seperlunya) ketika usianya telah mencapai 10 tahun dan meninggalkan kewajiban sholat. ➡ 3. Anak usia 15 – 21 tahun Usia ini adalah usia dimana anak tengah mengalami masa pubertas. Masa dimana mereka menginjak aqil baligh. Ajak orang tua untuk memperlakukan anak sebagai seorang sahabat k