Postingan

KOK BEGINI BEGINI SAJA

Saya senang jalan-jalan dan menyendiri ke suatu tempat untuk sekedar merasa asing. Duduk di suatu sudut hanya untuk memperhatikan orang2. Entah apa yg saya pikirkan dalam moment tersebut. Banyak, terutama untuk memikirkan “keresahan”. Resah yg tentu saja berguna untuk hidup saya seperti mempertanyakan, “apa yg sudah saya lakukan dalam hidup?”. Karena ketika kita bicara tentang hidup, maka saya selalu terpikirkan kata2 dari seorang Buya HAMKA “kalau hidup sekedar hidup. BABI di hutan juga bisa HIDUP!”. Tajamnya makna tersebut selalu bisa menghunus hati saya untuk terus memberi arti dalam kehidupan yang saya punya. Terkadang kesendirian mampu untuk memisahkan saya dengan hal2 duniawi yg tidak perlu saya lakukan. “Kebanyakan orang di dunia ini memikirkan 99% hal nggak penting dalam hidupnya, salah satunya kayak “ngurusin” hidup orang lain, daripada ngurusin hidupnya sendiri” (Gary Vaynerchuk) Kadang memang kita membutuhkan kesendirian untuk kita bisa mengejar mimpi2 kita. Keluar dari

ORANG YANG TAK TERSENTUH API NERAKA

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan orang yang Haram baginya tersentuh api neraka?" Para sahabat berkata, "Mau, wahai Rasulullah!" Beliau menjawab: "( yang Haram tersentuh api neraka adalah) orang yang Hayyin, Layyin, Qarib, Sahl." (HR. At-Tirmidzi & Ibnu Hibban, dishahihkan Al-Albani). عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ؟, قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ, قَالَ: ” كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ قَرِيبٍ سَهْلٍ” انظر صَحِيح الْجَامِع: 3135 , صَحِيح التَّرْغِيبِ وَالتَّرْهِيب: 1747 ▶1. Hayyin Orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir maupun batin. Tidak labil dan gampang marah, penuh pertimbangan. Tidak mudah memaki, melaknat serta teduh jiwanya. ▶ 2. Layyin Orang yang lembut dan santun, baik dalam bertutur-kata atau bersikap. Tidak kasar, tidak semaunya sendiri. Tidak

AYAT JANGGAL

Gambar
Salah satu penggalan ayat yang paling aneh dan janggal buat saya dari dulu adalah Qur'an Ar-Ra'd : 11, yang kerap diterjemahkan, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." QS.13:11 Di ayat itu sangat janggal: usaha sendiri lebih dominan daripada kehendak Dia yang Mahakuasa. Di mana peran Allahnya, kalau begitu? Kita hanya mengubah diri sendiri saja, cukup. Pasti berhasil. Allah sih ngikutin aja. Di sisi lain, ada hadits riwayat muslim, "Sesungguhnya Tuhanku berkata padaku: Wahai Muhammad! Sesungguhnya Aku kalau sudah menentukan sesuatu maka tiada seorang pun yang sanggup menolaknya”. (HR. Muslim). Di hadits ini, jelas 'dominasi' Allah. Keperkasaan Allah, Allah yang tak bisa diganggu gugat. Kok, nggak klop? Sampai suatu hari, saya diajari membongkar ayat tersebut oleh guru saya. Ayat aslinya adalah, "Innallaha la yughayyiru ma bi qoumin, hatta yughayyiru ma bi anfusihim." T

HAK KRITIK

Gambar
Dalam kamus KBBI, kritik diartikan;  kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Menurut saya secara pribadi, kritik merupakan analisa dan evaluasi sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki tingkah laku, bisa juga memperbaiki pekerjaan. Banyak orang berkata, jika kita ingin mengkritik sesuatu maka kita harus menjadi orang yang sempurna terlebih dulu. Misal, jika kita ingin mengkritik makanan, kita harus jadi orang yang jago masak dulu. Jika kita ingin mengkritik lagu, kita harus jadi musisi yang handal dulu. Jika kita ingin mengkritik film, kita harus jadi filmmaker yang berbakat dulu. Jika kita ingin mengkritik seseorang, kita harus bener, suci dan sempurna dulu. Menurut saya semua itu adalah BULLSHIT, omong kosong. Dan saya akan menjelaskan mengapa semua itu omong kosong. Pertama, kita tidak perlu menjadi oran

BERHENTI IRI KARENA HIDUP BUKAN KOMPETISI

Dunia akan jadi tempat yang lebih indah jika kita masing-masing punya itikad yang baik satu sama lain dan ingin memberi satu sama lain. Tapi ini juga bukan dunia yang ideal dimana meskipun kita sudah mempunyai itikad baik terhadap orang lain dan berusaha bersikap yang seharusnya, mungkin kita akan mendapati sikap tidak seperti yang diharapkan. Ya simple saja, orang tidak sama begitu juga dengan wataknya. Bertemu dan berinteraksi dengan orang yang mempunyai watak kurang baik atau bahkan jahat itu sendiri adalah bagian dari ujian hidup dimana kita harus bersabar dengan itu. Ada 2 tipe orang yang akan bersedia hidup lama berlarut-larut dalam urusan seperti ini, yang pertama orang yang masih kekanakan dan yang kedua orang yang tidak bahagia dengan hidupnya. 1. Orang yang masih kekanakan Orang yang masih kekanakan karena jiwanya masih anak-anak di dalam benaknya belum banyak berfikir tentang hal-hal yang serius atau penting. Nalurinya masih bermain atau hal yang belum bersifat tanggung