BERHENTI IRI KARENA HIDUP BUKAN KOMPETISI

Dunia akan jadi tempat yang lebih indah jika kita masing-masing punya itikad yang baik satu sama lain dan ingin memberi satu sama lain.

Tapi ini juga bukan dunia yang ideal dimana meskipun kita sudah mempunyai itikad baik terhadap orang lain dan berusaha bersikap yang seharusnya, mungkin kita akan mendapati sikap tidak seperti yang diharapkan.

Ya simple saja, orang tidak sama begitu juga dengan wataknya. Bertemu dan berinteraksi dengan orang yang mempunyai watak kurang baik atau bahkan jahat itu sendiri adalah bagian dari ujian hidup dimana kita harus bersabar dengan itu.

Ada 2 tipe orang yang akan bersedia hidup lama berlarut-larut dalam urusan seperti ini, yang pertama orang yang masih kekanakan dan yang kedua orang yang tidak bahagia dengan hidupnya.

1. Orang yang masih kekanakan

Orang yang masih kekanakan karena jiwanya masih anak-anak di dalam benaknya belum banyak berfikir tentang hal-hal yang serius atau penting. Nalurinya masih bermain atau hal yang belum bersifat tanggung jawab. Jadi kalau kebetulan orang yang iri dan berurusan dengan kita itu adalah orang yang masih kekanakan, dia akan betah untuk “Stay in the game”. Karena bagi dirinya ‘permainan’ ini adalah hal yang penting untuk diurus. Seperti halnya bagi anak-anak bermain layang-layang dengan temannya di lapangan itu penting. Jadi kalau anda menemui yang tipenya seperti ini, sebisa mungkin menghindari konfrontasi adalah pilihan terbaik. Fokuslah pada hidup kita dan apa yang harus kita lakukan, simpan energi dan waktu kita untuk hal-hal yang lebih penting.

2. Orang yang tidak bahagia dengan hidupnya

Kalau seseorang memang bahagia dengan hidupnya, itu tidak akan ada hubungannya dengan kita, kenapa kita dan apa yang kita miliki dan lakukan menjadi begitu penting untuk dirinya? Kenapa dia begitu ‘peduli’ dengan kita kalau dia benar-benar sudah memiliki semua yang membuatnya bahagia? Jika seseorang sudah bahagia dengan hidupnya, apakah kita sekarang punya rumah baru, mobil baru, istri baru (eh?), baju baru, sepatu baru atau apapun itu tidak penting.

Simple, kalau orang sudah bahagia dengan hidupnya akan lebih memilih untuk menikmati kebahagiaannya dan sibuk dengan itu. Orang yang bahagia itu orang yang sudah move on dengan apapun di masa lalu dan menikmati hidup.

Meskipun  seseorang mengatakan dia begitu bahagia dengan hidupnya tapi kalau terlalu banyak melihat dan mengurusi orang lain biasanya yang sebenarnya terjadi adalah dia tidak bahagia. Bahagia itu menimbulkan rasa aman di dalam diri. Semakin besar kebahagiaan semakin besar rasa aman di dalam diri. Rasa aman di dalam diri membuat kita tidak terganggu dengan hal apapun di luar kita, termasuk apapun yang dimiliki orang lain.

Jika seseorang begitu merasa terusik atau terganggu dengan yang dimiliki orang lain itu indikasi sebuah rasa tidak aman di dalam dirinya, dan rasa tidak aman adalah indikasi ketidakbahagiaan.

Dengan kata lain disaat kita menghadapi orang yang iri dan berlarut-larut berurusan dengan hal ini seringnya adalah kita sedang menghadapi orang yang tidak bahagia. Dan orang yang tidak bahagia selalu butuh sesuatu untuk melampiaskan ketidakbahagiaannya.

Sekarang bisa kita simpulkan sendiri, maukah kita ‘menyediakan’ diri kita untuk menjadi pelampiasan ketidakbahagiaan orang lain? Tentu saja tidak. Dan ini sekali lagi membuktikan bahwa pilihan sikap terbaik untuk menghadapi orang yang iri dan dengki adalah dengan membiarkannya saja dan sebisa mungkin menghindari konfrontasi dengan dirinya.

-Hilma Humairah-

Komentar