QLC Bagian 5: Pulang #5CC15

#5CC #5CC15 #CareerClassQLC #bentangpustaka

[Cerita Bersambung]

Quarter Life Crisis,
Bagian 5: Pulang

Oleh: Hilma Humairah

Jam dinding menunjukkan pukul 02.30. Rania terlihat sedang khusyuk berdoa. Ia duduk di atas sajadah abu dengan mengenakan mukena merah marun. Meski dini hari, kamarnya tak terasa sunyi.

Rania mengadukan kegelisahannya pada Sang Pencipta, kini ia malah merasa ragu atas keputusannya, benarkah resign dan pulang adalah keputusan yang tepat. Ia ingin sekali bisa memajukan desa tempat kelahirannya dengan menjadikan hasil pertanian dan perikanan di sana sebagai komoditas ekspor. Namun, di sisi lain, hatinya tiba-tiba merasa berat meninggalkan kota besar yang sudah 5 tahun dijajakinya. Bukan, bukan berat karena harus meninggalkan pekerjaannya yang menghasilkan pundi-pundi uang berlimpah, melainkan berat karena harus meninggalkan seorang lelaki yang namanya telah tersimpan rapi di ruang hatinya selama 3 tahun terakhir, Ramdan Fatah Amrullah.

*****

"Ran, rencanamu kapan resign?" tanya Ramdan sambil asik menyantap makan siangnya

"Mmm.. sepertinya bulan depan, Mas."

"Setelah kamu resign, aku ikut kamu pulang ya." 

Rania tersedak makanan yang belum sempat ditelannya, lalu terbatuk-batuk. 

"Eh, nih minum dulu. Keselek tuh." Ramdan memberikan segelas air putih

Setelah minum dan batuknya reda, Rania bertanya, "Ikut pulang? Ke rumahku?"

"Iya, ke rumahmu, masa ke rahmatullah."

"Untuk apa?" tanya Rania pura-pura bodoh

"Melamarmu. Masa melamar bude mu." 

"Hah?" Rania tak percaya

"Kalau mau nikahin anak gadis orang itu perlu ijin orangtuanya. Makanya aku mau ikut pulang ke rumahmu, buat minta ijin. Kalau udah suka sama suka, kenapa harus ditunda." Ramdan terlihat cengengesan

"Mas kok PD banget. Kapan aku pernah bilang suka sama Mas?" Rania tertawa

"Rania." Ramdan mulai terlihat serius, "Tempo hari kamu bilang sama aku, cari dan temukan sesuatu yang hilang di dalam, bukan di luar. Aku sudah menemukan diriku, dan kurasa, diriku ada juga di dalam dirimu. Aku yakin jalan yang kutempuh untuk pulang ke surga-Nya akan terasa lebih menyenangkan dan menenangkan jika bersamamu." 

Rania merasa bunga-bunga tumbuh berdesakan di aliran darahnya, bermekaran di jantungnya, menebar aroma harum yang belum pernah ia hirup sebelumnya. Namun, ia berupaya sekuat hati agar dirinya tetap terkendali.

"Artinya, banyak hal yang akan kita diskusikan setelah ini, Mas. Karena bagiku, isi pernikahan tidak hanya tentang cinta dan menggapai cita-cita berdua, tetapi juga pengabdian pada orangtua dan bermanfaat bagi sesama." Rania tersenyum

"Berdiskusi dan berkompromi seumur hidup pun aku siap, asalkan itu denganmu, Rania" ucap Ramdan, membalas senyum Rania

[TAMAT]

Komentar