QLC Bagian 3: Pergi #5CC13

#5CC #5CC13 #CareerClassQLC #bentangpustaka

[Cerita Bersambung]

Quarter Life Crisis, 
Bagian 3: Pergi

Oleh: Hilma Humairah 

"Di kota besar itu banyak orang jahat. Ibu takut kamu celaka. Lagian, ibu kuliahin kamu sampai lulus jadi sarjana pertanian kan memang untuk bantu mengembangkan usaha keluarga besar kita. Kebun, sawah, ladang." Ibu berkomentar setelah Rania meminta ijin untuk pergi merantau

"Dari kecil aku selalu mengikuti apa maunya ibu, bahkan aku berusaha mati-matian untuk bisa menjalani perkuliahan sebaik mungkin di jurusan yang ibu pilih, bukan yang aku mau. Selama ini ibu gak pernah tanya, apa mauku, apa yang kusuka, apa aku bahagia atau nggak."

"Kamu lahir dari keluarga petani. Ya kamu punya bakat untuk menjadi petani juga. Bakat itu diturunkan dari generasi ke generasi, Rania."

"Oke. Artinya, bakat malas-malasan dan mabuk-mabukan dari bapak akan diturunkan ke aku ya, Bu? Oh ya, bakat ibu yang salah pilih pasangan tapi tetap bertahan, akan diturunkan ke aku juga?" ucap Rania, sarkas

"Rania!!" intonasi suara Ibu meninggi

"Iya, maaf, Bu" Rania menunduk, lalu beberapa detik kemudian menatap wajah ibunya sambil bertanya, "Oh ya, Ibu tahu nggak, kisah anak gajah yang kakinya diikat rantai baja?"

Ibu menggelengkan kepala.

Rania bercerita, "Ada seorang pawang yang mengikat kaki seekor anak gajah dengan menggunakan rantai baja. Ikatan itu tidak pernah dilepasnya sampai anak gajah tumbuh dewasa. Setelah gajah itu dewasa, sang pawang melepaskan rantainya, tapi apa yang terjadi? Gajah itu tetap duduk, diam di tempatnya, dan tidak berusaha sendiri untuk mencari makanan. Si Gajah hanya menunggu sang pawang memberinya makan. Ibu tahu kenapa Si Gajah tetap diam padahal rantai baja yang mengikat kakinya sudah tidak ada?"

Ibu terdiam, tidak menjawab.

"Karena Si Gajah telah terjebak pada keyakinannya yang salah. Keyakinan bahwa rantai baja itu masih mengikat kakinya dan mustahil untuk dilepaskan." jawab Rania

Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 4 sore. Setelah obrolan yang cukup panjang sejak ba'da dzuhur tadi, akhirnya Ibu mengijinkan Rania untuk pergi merantau. 

"Makasih ya, Bu. Aku pergi bukan untuk benar-benar meninggalkan ibu. Aku hanya ingin bisa lebih baik dari diriku yang sekarang. Dapat banyak ilmu, pengalaman dan pelajaran hidup. Suatu hari nanti, aku pasti pulang kok, Bu" ucap Rania, senyumnya merekah

Malam ini Rania terlihat sedang sibuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang akan ia bawa bersamanya besok pagi.

Jarak yang akan ditempuh Rania cukup jauh, ia harus mengendarai kapal atau pesawat untuk sampai di kota yang ingin ia tuju.

Bersambung...




Komentar