Kesepian #5CC10

#5CC #5CC10 #DioramaCareerClass #writingcareerclass #bentangpustaka

[Flash Fiction]

Oleh: Hilma Humairah

"Kemarin mama kamu menelepon saya. Beliau meminta waktu saya untuk memberikan konseling sama kamu. Katanya ada yang ingin kamu bicarakan. Jadi, apa masalahmu, Liska?" tanya Gina kepada gadis berumur 17 tahun yang kini sedang duduk di hadapannya

"Masalah? Nggak tahu. Kan mama yang nyuruh saya ke sini, buat ngobrol sama Ibu." ucap Liska ketus sekaligus kebingungan

Gina menarik napas panjang. 

Belum genap satu bulan Gina bekerja di SMA Sinar Pelita sebagai guru BK, tapi sudah harus menghadapi murid seperti Liska. Gina sudah mendapat kabar dari guru-guru lain bahwa Liska adalah murid paling nakal di sekolah tempat kerjanya ini. Liska sering kali berbuat onar, mulai dari kabur dan membolos, membully teman-temannya, bahkan tak jarang ia berkelahi dengan murid-murid lelaki di kelasnya. Dan seminggu yang lalu, kelakuan ajaib Liska sukses meledakkan Laboratorium Kimia di sekolah.

"Kamu tahu gak? Mama kamu bilang sama saya kalau beliau itu kangen banget sama kamu." Gina berkata lembut sambil meraih tangan Liska lalu menggenggamnya 

"Kangen sama kamu yang dulu ceria, baik, penurut dan penyayang." lanjut Gina

Liska terlihat tersentak. Ia diam, tak menjawab. Namun, ia pun tak menepis genggaman tangan guru BK nya itu.

"Mau cerita? Pasti banyak kan, hal sulit yang kamu jalani selama ini? Saya tahu kamu sering di-skors. Guru-guru sering menghukummu, tapi saat ini saya cuma ingin ngobrol sama kamu. Jujur dari hati ke hati. Karena saya yakin kamu sebetulnya bukan anak yang jahat."

Liska masih memilih untuk diam.

"Selama ini kamu bertingkah menyebalkan hanya untuk mendapatkan perhatian, pengakuan, penerimaan, dan kasih sayang. Begitu, bukan?" Gina menatap mata Liska cukup lama, seperti ingin menemukan sesuatu di sana

Raut wajah Liska mendadak berubah. Ia menunduk, kini ia tak berani menatap mata guru BK nya itu. 

"Kamu terlihat jahat, terlihat kuat, padahal sebetulnya, jauh di dalam hatimu, kamu sering merasa takut, kan? Takut kesepian. Takut ditinggalkan sendirian." lirih Gina, sambil terus menatap Liska

Sedetik kemudian Liska menutup wajahnya. Ia menangis, bahunya berguncang.

"Nggak apa-apa, nangis aja." Gina bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Liska lalu mendekapnya

Cukup lama Liska menangis. Semakin lama, tangisannya semakin kencang. 

Setelah tangisannya cukup mereda, Liska berkata, "Aku capek, Bu. Capek banget kalau di dekat Mama. Mama itu pengennya aku nurutin semua maunya dia. Kalau gak nurut, aku dibentak, dipukul, dicubit. Bahkan mama kemarin bilang, kalau aku jadi anak nakal mending aku gak usah lahir aja ke dunia." ujar Liska. Tangisnya kembali meledak.

Kini giliran Gina yang diam. Tak bisa berkata-kata. Ia lebih memilih untuk mendekap Liska semakin erat.

Liska melanjutkan, "Harusnya mama itu nggak usah banyak nasihatin aku pakai mulutnya, contohin aja langsung pakai sikap dan perbuatannya. Mama itu harusnya sadar, kalau pengen anaknya baik, ya mama harus jadi orang yang baik dulu. Kalau pengen aku betah di dekatnya, ya bikin lah gimana caranya aku bisa betah di dekatnya. Tiap pulang ke rumah, baru aja nyampe, mama tuh udah langsung ngomel-ngomel, Bu. Aku tahu mama capek kerja demi aku. Tapi aku juga capek, Bu, kalau tiap hari harus dengerin mama marah-marah. Makanya aku suka keluyuran, gak mau pulang, karena gak betah di rumah, gak betah di dekat Mama."

Tak terasa sudah dua jam Liska mengutarakan semua yang telah dipendamnya selama ini. Gina semakin paham tentang masalah yang terjadi diantara Liska dan Ibunya. 

Ayah dan Ibu Liska bercerai sejak Liska berumur 12 tahun. Kemudian Ayahnya pergi entah kemana, tidak menafkahi, tidak pernah juga menemui Liska dan Ibunya lagi. Sejak itu, Ibu Liska bekerja sebagai asisten rumah tangga demi bertahan hidup, demi mencukupi semua keperluan diri dan anaknya. Liska dan Ibunya ternyata sama-sama kelelahan, sama-sama kesepian. Tapi, mereka berdua tidak tahu bagaimana cara mengomunikasikannya agar bisa saling mengerti satu sama lain.

Gina mencoba untuk menenangkan hati Liska, "Saya tahu kamu marah, sedih dan kecewa sama mamamu. Tapi, kalau kamu melepaskan semua perasaan negatif itu, kamu akan menyadari bahwa sebetulnya kamu itu kangen banget sama mamamu. Luangin waktu buat ngobrol sama mamamu ya, utarakan semua yang kamu rasakan dari hati ke hati. Jangan dinanti-nanti, mumpung mamamu masih ada di dunia saat ini. Kalau mamamu udah nggak ada, kamu pasti akan menyesal. Saking menyesalnya, sampai-sampai rasanya kamu akan rela melakukan apapun demi bisa menghidupkan mamamu kembali ke dunia."

Liska tersentak. Lidahnya kelu tak bisa berkata-kata.

"Nanti saya juga akan luangin waktu buat ngobrol sama mamamu ya." ucap Gina,  tersenyum sepenuh hati.

Setelah obrolan di ruang BK sore itu, dari hari ke hari sikap Liska berubah. Ia menjadi buah bibir, semua guru dan murid heran sekaligus senang, Liska tak pernah berbuat onar lagi di sekolah. 

********

Gina dan suaminya, Akbar, terlihat sedang menabur bunga di atas makam, lalu menyiramkan sebotol air ke seluruh permukaannya. Di batu nisan makam itu tertulis sebuah nama, Yuda Permana. Yuda adalah anak lelaki semata wayang dari pernikahan Gina dan Akbar. Yuda meninggal 5 tahun lalu, di usia 12 tahun, akibat overdosis narkoba.

Setelah kepergian Yuda, Gina memutuskan untuk berhenti bekerja di biro psikologi. Ia meninggalkan karirnya sebagai psikolog, profesi yang sudah ia geluti selama 10 tahun. Ia merasa dirinya tak pantas menjadi psikolog. Ia menyesal, bagaimana bisa dirinya begitu sibuk menolong orang lain, sedangkan anaknya sendiri tidak tertolong. Dan tahun ini adalah tahun dimana ia memberanikan dirinya untuk kembali bekerja sesuai dengan keahliannya. Tapi, kali ini ia lebih memilih untuk bekerja menjadi guru BK di SMA.

******

Kapan Ayah dan Ibu punya waktu untukku? Aku tahu Ayah dan Ibu sibuk bekerja demi aku. Tapi aku juga kesepian. Aku ingin ditemani.

Ayah, Ibu, kalau aku menjadi anak yang nakal, apakah Ayah dan Ibu akan lebih perhatian? Kalau aku menjadi anak yang bodoh dan gagal, apakah Ayah dan Ibu akan tetap menyayangiku?

- Yuda -

Gina masih menyimpan sepucuk surat yang ia temukan di dalam tas laptopnya. Surat itu ia temukan seminggu setelah kematian anaknya.




Komentar