Penyesalan #5CC4

#5CC2023 #5CC #5CC4 #bentangpustaka #writingcareerclass

Oleh: Hilma Humairah

Seseorang bertanya kepadaku, "Kalau jijik sama orang, kita tinggal jauhin aja orangnya. Kalau jijik sama diri sendiri, kita harus gimana?"

Aku berpikir cukup lama.

Penolakan itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan saat kita menolak diri kita sendiri, bukan? Penerimaan memang bukanlah perkara yang mudah bagi siapapun. Baik penerimaan terhadap diri sendiri, maupun penerimaan terhadap orang lain. Ketika kita menerima seseorang, artinya kita menerima orang itu sepaket dengan segala kebaikannya, keburukannya, kelebihannya, kekurangannya, permasalahannya, latar belakangnya dan segala aspek yang terkait dengan diri dan kehidupannya.

"Apa yang membuatmu merasa jijik dengan dirimu sendiri?" tanyaku

"Suatu kesalahan yang seharusnya nggak pernah kulakukan." jawabnya

"Penyesalan?" aku bertanya kembali untuk memastikan

"Iya." jawabnya lugas.

Setelah berpikir sejenak, aku coba menjawab pertanyaannya sesuai dengan pengalamanku, "Hmm.. begitu. Bagiku, penyesalan adalah salah satu perasaan terburuk yang mau gak mau memang harus kutanggung. Berat memang, rasanya seperti beban. Tapi, aku gak mau menyangkal atau menolaknya, karena saat rasa sesal itu muncul, pasti ada tujuannya. Semua emosi dan perasaan yang hadir itu ibarat kurir yang datang untuk memberi pesan. Jika aku menolaknya, besok ia akan datang lagi, atau besoknya lagi, begitu aja terus, sampai aku mau membuka hatiku dan menerima pesannya. Setelah aku membuka hatiku, aku pun bersedia mendengarkan pesannya. Ternyata, penyesalan itu adalah pesan tentang kekeliruanku selama ini dan petunjuk agar aku memperbaikinya. Aku tidak tenggelam dalam penyesalan, karena setelah aku mengetahui pesannya, aku melepaskan rasa sesal itu untuk pulang kembali pada Sang Pencipta, nggak aku simpan di hati, karena memang bukan di situ tempatnya. Setelah menerima pesan, aku tinggal fokus memperbaiki apa yang memang harus aku perbaiki dari diriku, sesuai pesan dari rasa sesal tersebut."

Ia terdiam cukup lama sambil mengangguk-anggukan kepala, lalu berkata, "Kalau aku mau membuka hatiku, penyesalan itu seharusnya nggak membuatku terpuruk dan ogah-ogahan untuk menjalani hidup ya?"

"Iya, pesan yang sudah kita terima dari penyesalan semestinya membuat kita merasa bersyukur, karena Allah SWT masih menyayangi kita dan ingin kita menjadi hamba-Nya yang lebih baik." Aku meyakinkannya. 



Komentar