Analisa Buku Novel "Janji" karya Tere Liye

#5CC #BookDragonCareerClass #bentangpustaka #writingcareerclass

Oleh: Hilma Humairah


Di rak "Top Ten" Gramedia Merdeka Bandung, novel "Janji" karya Tere Liye ini nangkring. Berhubung harga di Google Play Book lebih murah, jadi aku beli versi ebook nya aja di sana hehe. 

Baiklah.. ini hasil analisaku terhadap bukunya.

1. Identitas Buku

Judul Buku: Janji

Pengarang: Tere Liye

Penerbit: Sabak Grip Nusantara

Tanggal rilis Ebook di Google Play Book: April 2021

Tanggal Cetak: 4 Januari 2022

ISBN: 97862397626201

Tebal halaman : 488 halaman versi cetak, 911 halaman versi ebook

Genre: Fiksi, Petualangan

2. Tema

Novel semi religi yang memiliki nilai-nilai agama dan pesan moral. Terutama tentang mengedepankan "TAUHID".

3. Premis

Hasan, Baso dan Kaharuddin adalah "Tiga Sekawan" yang sering berbuat onar di pondok pesantren. Mereka bertiga diberi tugas oleh Buya (Kyai pemilik pesantren) untuk mencari sesosok lelaki bernama Bahar. Bahar adalah alumni yang juga sering berbuat onar di pondok pesantren seperti mereka. Mereka bertiga merasa kebingungan selama perjalanan mencari Bahar karena tidak memiliki informasi kontak dan alamat Bahar. Namun, banyak orang yang menuntun mereka untuk menemukan satu per satu petunjuk yang mengarah pada jawaban dari pertanyaan, "Dimana keberadaan Bahar sekarang?"

4. Alur

 Alur campuran (maju dan mundur).

5. Latar/setting tempat dan waktu

Menggunakan setting tempat yang cukup banyak, diantaranya: pondok pesantren, di dalam bus, rumah Bos Acong, mushola, mesjid, penjara. Setting waktu di tahun 2019 untuk alur maju dan 1979 dst untuk alur mundur (kilas balik). Pagi, siang, malam dijadikan pula setting waktu di novel ini.

5. Sudut Pandang (POV)

Multi POV. Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga dan sudut pandang orang pertama.

6. Tokoh Utama

- Bahar: seorang lelaki yang di awal cerita dikisahkan sebagai murid bermasalah, pemabuk, pembunuh, tukang judi, kelakuannya seperti "sampah". Namun di akhir cerita ia husnul khotimah.

- Baso: lelaki remaja, pendek, gempal, keriting. Sifatnya pemberani, lucu, tukang guyon, sanguin. Ayahnya adalah seorang pemalas yang kerjaannya kawin-cerai, pergi meninggalkannya saat ia umur 5 tahun. Ibunya adalah seorang pecandu narkoba yang sampai kini tidak diketahui keberadaannya. Karena itu Baso dititipkan di pondok pesantren.

- Hasan: lelaki remaja, tinggi kurus, rambut lurus. Sifatnya cerdas, pemberani, ngeyelan, koleris. Ayahnya kena kasus korupsi lalu dipenjara, sedangkan ibunya mengalami depresi dan harus dirawat di rumah sakit jiwa. Karena itu Hasan ada di pondok pesantren.

-Kaharuddin: lelaki remaja, hidung mancung, wajah tampan, tinggi rata-rata, rambut tebal mengombak. Sifatnya pemberani, melankolis. Orangtuanya terlalu sibuk bekerja hingga tak punya waktu mengurusnya, maka ia dikirim orangtuanya ke pondok pesantren agar terurus dengan baik. 

7. Ritme

Novel "Janji" ini memiliki ritme campuran, kadang cepat dan kadang lambat. 

8. Dialog

Dialog yang digunakan terasa padat dan tidak mengandung kata-kata mubadzir, mampu menggerakan plot, memaparkan setting waktu dan tempat, serta memperlihatkan karakter tokoh. 

9. Plot dan Konflik

Kenakalan Baso, Hasan dan Kaharuddin di pondok pesantren sudah tidak bisa terhitung lagi. Hingga puncak kenakalan mereka adalah saat calon Presiden dan staffnya datang menemui Buya (kiyai) selaku pemilik pondok pesantren tersebut. Hasan, Baso dan Kaharuddin memasukkan garam ke dalam teh yang disuguhkan kepada calon Presiden dan staff Presiden.

Namun, Buya tidak menghukum Hasan, Baso dan Kaharuddin, tetapi meminta mereka bertiga untuk mencari sosok Bahar. Bahar adalah murid dari ayah Buya, 40 tahun yang lalu. Ayah Buya merupakan pendiri pondok pesantren tersebut. Sementara Bahar merupakan sosok anak yang sangat nakal, yatim piatu dan hidup hanya bersama neneknya, hingga membuatnya dikirim ke pondok pesantren. Hari demi hari dilalui Bahar dengan menjahili banyak orang dan bersikap onar. Hingga pada bulan Ramadhan, Bahar membangunkan sahur di pondok dengan menggunakan meriam berbubuk mesiu, akibatnya salah satu bangunan yang terbuat dari kayu terbakar habis dilalap api dan seorang santri yang kakinya pincang ikut terbakar sampai meninggal dunia. 

Setelah kejadian itu, Bahar keluar dari pondok pesantren. Namun, setelah kepergian Bahar, ayah Buya sering kali bermimpi bahwa Bahar lah yang telah menolongnya saat ia kesulitan di Padang Mahsyar. Di dalam mimpinya, wajah Bahar terlihat bersih, rupawan, memakai pakaian terbaik dan mengendarai kendaraan terbuat dari emas yang melaju sangat cepat. Karena itu, ayah Buya penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Bahar, apa yang dilakukan oleh Bahar hingga bisa mendapatkan kemuliaan itu. Ayah Buya sangat menyesal telah membiarkan Bahar pergi meninggalkan pondok pesantren. Ayah Buya mencari Bahar kesana kemari, sangat ingin bertemu dengannya. Namun, ayah Buya keburu wafat sebelum menemukan Bahar. Maka, Buya menyuruh Baso, Hasan dan Kaharuddin untuk mencari dan menemukan Bahar. Selama proses pencarian Bahar, "Tiga Sekawan" ini menemukan banyak hikmah dan pelajaran tentang sosok Bahar, yang pada akhirnya membuat mereka bertiga menjadi orang yang lebih baik dan semakin mengerti makna kehidupan. 

Di akhir cerita, dijelaskan bahwa sesaat sebelum Bahar pergi meninggalkan pondok pesantren, ternyata ayah Buya memberikan 2 pilihan kepada Bahar. Pilihan pertama, tetap tinggal di pondok pesantren. Pilihan kedua, Bahar boleh pergi meninggalkan pondok pesantren tapi ada 5 janji yang harus dipenuhi oleh Bahar. Dan Bahar memilih pilihan kedua. 

Berhasilkah "Tiga Sekawan" ini menemukan sosok Bahar? Silakan temukan jawabannya dengan membaca bukunya sampai tamat. *malah promosi 😄

10. Diksi dan Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan sangat bervariasi (baku dan tidak baku, formal dan non formaltetapi ringan dan mudah dipahami. Diksinya terasa "kaya" dalam membangun imajinasi pembaca tentang keadaan suatu tempat, waktu, situasi dan suasana. Untaian kalimat dalam setiap paragrafnya berhasil menciptakan rasa penasaran, hingga membuatku ketagihan ingin terus membaca dan membuka halaman selanjutnya. Penulis pun banyak menggunakan kata-kata yang "heart-touching" dan "heart-warming" dalam dialog tokoh-tokohnya.

Contoh:

"Aku mungkin tidak akan pernah paham.. Kenapa kenangan buruk itu membuat Mas Bahar tidak bisa tidur nyenyak delapan tahun terakhir." Haryo batuk pelan, "Maksudku, lihatlah, bukankah dari sekian banyak masa lalu yang menyakitkan itu, Mas Bahar juga punya kenangan baik."

11. Kelebihan

Pembaca dapat memahami bahwa setiap cerita dan peristiwa yang disuguhkan dalam novel ini merupakan bentuk pemenuhan janji tanpa menggurui. Meskipun buku ini adalah novel fiksi, banyak nilai-nilai dan pesan moral yang bisa kita terapkan dalam kehidupan nyata untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

12. Kelemahan

Terdapat beberapa kesalahan pada penulisan nama tokoh, sehingga akan membuat bingung pembaca untuk memahami salah satu peristiwa dalam plot cerita. 

13. Target Pembaca

Gaya bahasa dan diksi yang ringan membuat novel ini bisa dibaca oleh siapa saja. Sekitar umur 15 tahun ke atas. 

14. Rating

9,5/10 (opini pribadi).

15. Kesimpulan

Buku novel ini sangat recommended untuk dibaca. Terutama bagi para musafir dunia yang ingin hidup penuh makna lalu pulang ke surga-Nya dalam keadaan selamat dan juga mulia.

Komentar