Review Buku Berhenti Berhitung Mulai Merasakan karya Raden Prisya


Bismillah..

Hai, selamat datang di blog pribadiku. Di tulisan ini aku mau bahas buku "Berhenti Berhitung, Mulai Merasakan". 

Penasaran sama buku ini karena mbak Raden Prisya posting di story, feed dan reels Instagram pribadinya. Aku udah follow akun Instagram Mbak Pi (panggilan akrab untuk mbak Raden Prisya) sejak November 2021 lalu. Saat itu aku tertarik untuk mem-follow akun beliau karena aku sempat menontonnya di Youtube channel Ali Zaenal Abidin, dengan konten berjudul "Menggali Diri dengan Jujur pada Nurani".

Ternyata Mbak Pi ini adalah seorang Mindfulness and Well Being Coach yang sudah bersertifikat. Di Instagram pribadinya, beliau banyak membuat konten tentang melatih mindfulness. Kalau kamu kepo, silakan mampir ke IG nya di @radenprisya.

Oke cukup ya basa basi dan pendahuluannya, sekarang mari kita masuk ke selayang pandang pembahasan bukunya. 

Judul : Berhenti Berhitung, Mulai Merasakan
Penulis : Raden Prisya
Penerbit : Transmedia Pustaka
Tahun Terbit : 2021
Jumlah Halaman : 172 halaman
ISBN : 978-623-7100-63-8
Cover : Softcover
Harga : Rp 85,000

Buku ini terasa sangat personal. Penulis lebih banyak menggunakan sudut pandang "Aku" di setiap bab nya. Meski terasa membaca tulisan seseorang yang lagi curhat, bagiku, Mbak Pi berhasil memberikan makna dan pelajaran di setiap bab-nya. Bukan sekedar curhat cuap-cuap belaka. 

Untuk yang merasa relate dengan tulisan Mbak Pi, kamu pasti akan merasa dirangkul, dimengerti, di-support, sekaligus "ditampol" saat membacanya. Ada beberapa part yang ketika kubaca, aku merasakan sensasi seperti punya sahabat dekat yang bisa saling memahami satu sama lain. Pesan dan nasihat yang disampaikannya mudah masuk ke dalam hati, tak terkesan seperti menggurui. Tulisannya seperti hidup. Ber-ruh.

Namun, untuk yang nggak relate, ya akan terasa biasa-biasa saja dan mungkin bakal kamu skip. Karena sekali lagi, tulisan Mbak Pi ini sangat kental dengan pengalaman pribadinya. Isinya ya pelajaran dan hikmah yang beliau temukan di sepanjang perjalanan hidupnya. 
 
Setelah melihat tulisan dari setiap bab nya, menurutku, kita nggak perlu membaca tulisannya per bab secara berurutan, karena dari satu bab ke bab berikutnya bukanlah tulisan yang berkesinambungan. Selesai membaca satu bab, kurasa kita bisa langsung memahami inti pesan dari tulisan di bab tersebut tanpa harus lanjut membaca ke bab berikutnya, karena apa yang dibahas dalam satu bab, poin-nya berbeda dengan bab-bab yang lain. Jadi, kita bisa memilih bab mana yang mau kita baca, atau bab mana yang memang relate dengan diri dan kehidupan kita. Cara memilihnya mudah, tinggal lihat daftar isinya saja. 

Mau dibaca berurutan, ataupun dibaca secara acak, kita bisa dengan mudah menemukan insight dari setiap bab. Apalagi Mbak Pi menuliskannya dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Untukku secara pribadi, membaca buku Mbak Pi ini bisa kuselesaikan dalam waktu sekali duduk. Tulisannya terasa mengalir, tau-tau aku udah membaca sampai di halaman terakhir aja gitu. 😅

Bagian yang paling aku suka ada di halaman 102-106. Bab yang berjudul "Banyak Bicara". 


"Kadang kita terlalu banyak bicara karena tak sadar bahwa ada suara di dalam diri yang perlu didengarkan". 

Aku setuju, kita perlu belajar untuk mendengar dan jujur pada diri sendiri. Sejauh mana kita mau mendengarkan apa yang ada di dalam diri, tanpa menghakimi. Semakin diri mendapat perhatian yang bersifat tulus, semakin tak butuh ia pada pengakuan dan validasi orang. Kunci hidup bahagia adalah pertumbuhan diri dan kontribusi. Kebermanfaatan yang murni berasal dari hati, tulus tanpa pamrih. 

Manusia hidup untuk diuji. Diuji dengan cobaan baik dan buruk. Cobaan baik akan meminta kita untuk bersyukur. Maka, sebaik-sebaiknya orang bersyukur adalah mereka yang memberi kontribusi pada sesama. Sedangkan cobaan buruk, ternyata stimulus bagi kita untuk bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik lagi, yang mampu menemukan berbagai hikmah dalam hidup. Dengan memahami proses ini, insya Allah kita akan lebih mampu untuk bersabar. 

Kesimpulannya, buku ini cocok untuk kita yang membutuhkan "jeda", melakukan perjalanan ke dalam diri, untuk bisa lebih fokus dengan diri kita sendiri di tengah-tengah jaman digital yang serbacepat ini. Agar kita sadar terhadap apa tujuan hidup kita dan yakin bahwa tujuan itu adalah apa yang memang kita butuhkan. Kita semua berhak bahagia dengan menjadi versi terbaik diri kita sendiri, bukan menjadi versi terbaik orang lain. Karena..... "ujian" kita pun tak ada yang sama, bukan?

Buku ini sudah tersedia di Gramedia, Togamas, dan toko buku online. 

Buat yang berminat silakan membelinya, atau kalau mau hemat, ya pinjam aja (itu juga kalau ada yang mau ngasih pinjam). 😅

Selamat membaca dan bertambah ilmu. 💕

Semoga ilmu yang kita dapatkan menjadikan kita semakin tawadhu, berkah dan bermanfaat untuk dunia akhirat. Aamiin Ya Allah.. Ya Mujiibassailin.

Rating: 3,8/5 (opini pribadi).

- Hilma Humairah -

Komentar