Melatih Self Awareness

Bismillah..

Hai, selamat datang di blog pribadiku. Di tulisan ini, aku mau bahas atau ngobrolin tentang Self Awareness.

Kalau kamu searching di google apa arti "self awareness", pasti kamu akan menemukan, "Self awareness adalah kesadaran untuk berusaha lebih dalam memperhatikan pikiran, perilaku, perkataan, serta perasaan diri sendiri. Dengan kata lain, self awareness merupakan sikap untuk mengenali dan memahami diri sendiri."

Singkatnya, self awareness ini ya kesadaran diri. Kesadaran terhadap apa-apa yang terjadi dalam diri kita selama kita hidup.

Memiliki self awareness, bagiku susah-susah gampang. Karena aku secara pribadi kadang suka nggak "ngeuh" sama apa yang terjadi di dalam diriku. Beruntungnya, aku punya support system yang bisa menegur atau mengingatkanku kalau aku udah mulai melakukan hal yang tidak seharusnya aku lakukan. 

Semisal, aku yang tetiba ngomong ketus dan bernada tinggi, biasanya sahabatku ada yang menegur "issh, lo kenapa dah? Ngegas amat". Meski aku balik menimpali, "apaan sih, orang gue biasa aja". Setelahnya aku jadi merenung, muhasabah sejenak, "iyaya, aku ketus ya? Aku lagi kenapa ya?".

Kebiasaan muhasabah ini sebetulnya sudah sering aku lakukan sejak aku duduk di bangku SMA. Saat ikut kegiatan rohis, salah satu mentorku ada yang pernah membahas tentang manfaat muhasabah yang kita lakukan sacara rutin. Yaitu, kita jadi mudah untuk memahami diri kita sendiri. Dengan memahami diri kita, kita jadi lebih mudah juga untuk memperbaiki diri jika kita sudah menyadari kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan. 

Bagiku, muhasabah dan meditasi itu beda-beda tipis. Di Islam, setauku gak ada istilah meditasi, adanya muhasabah. Kalau "meditasi", biasanya aku menemukan kata itu di buku-buku impor tentang Self Healing. Yang ternyata meditasi itu persamaan kata dari semadi/semedi. Kalau pernah nonton serial kera sakti, bakal familiar deh dengan biksu yang suka "bersemedi". Sebuah aktivitas yang bertujuan untuk menenangkan tubuh dan pikiran.

Sedangkan muhasabah, bagiku ini lebih daripada sekedar menenangkan tubuh dan pikiran. Dalam muhasabah, kita melatih diri kita untuk sadar, terhadap apa saja yang sudah kita lakukan selama hidup (ya minimal selama seharian penuh). Semisal, bukan hanya lancar mengingat siapa saja yang pernah menyakiti, melainkan kita mampu juga mengingat siapa saja yang pernah kita sakiti. Dimana kita akan menyadari bahwa kenyataannya, semua manusia itu ya memang tempat salah dan lupa. Jika kita melakukan kesalahan, kita inginnya dimaafkan, kita inginnya nggak diungkit-ungkit lagi, tapi kenapa ketika orang lain yang melakukan kesalahan, kita malah jadi sulit memaafkan, suka ungkit-ungkit, menumpuk benci dan dendam yang akhirnya malah merugikan diri sendiri. Lantas, kenapa kita tidak saling memaafkan saja. Toh sama-sama pernah berbuat salah dan menyakiti.

Nah, kalau udah terbiasa muhasabah, biasanya kita jadi terlatih untuk menemukan kesadaran semacam itu. Kesadaran bahwa semua manusia bisa salah, bisa lupa, bisa menyakiti, berdosa, tak ada yang sempurna. Dengan bertaubatlah dosa-dosa yang menggunung itu akan "tersapu" bersih, itupun tentu saja atas rahmat dan ampunan dari Allah SWT.

Self Awareness bukan hanya dapat membantu kita untuk bisa memperbaiki kesalahan kita ataupun memaafkan kesalahan orang lain, melainkan bisa meningkatkan kualitas hidup kita karena kita semakin menyadari apa saja yang benar-benar kita butuhkan, apa saja yang memang perlu kita lakukan. Kita bisa menentukan prioritas dalam hidup kita dan tidak mudah kecewa atas apa-apa yang memang belum berhasil kita raih. Karena kita mampu menyadari, bahwa semua yang kita butuhkan sebetulnya sudah ada disini dan kini.

Kunci dari self awareness adalah meningkatkan mindfulness. Dimana mindfulness ini adalah suatu bentuk perhatian tanpa menghakimi. Cukup dirasakan dan diakui saja keberadaan pikiran, emosi atau perasaan apapun yang hadir/terjadi pada diri kita.

Sebagai contoh, pernah pada suatu pagi aku merasa nggak enak hati, semacam perasaan yang sangat tidak nyaman. Entah itu marah, bosan, kecewa. Yang pasti bawaannya di pagi itu aku merasa malas untuk melakukan apapun. Padahal "to do list" aku di hari itu, ya banyak. 

Karena perasaan tak nyaman ini tak kunjung membaik, akhirnya aku melakukan sholat sunnah 2 roka'at, niatnya saat itu sholat taubat. Kupikir, Boleh jadi aku berat melakukan aktivitas di pagi hari ya karena dosa atau kesalahan yang pernah kulakukan tanpa aku sadari. 

Setelah sholat, aku berdoa, meminta ampun dan meminta petunjuk kepada Allah. Tak lupa meminta kekuatan dari-Nya agar aku mampu menghadapi rasa tak enak dan rasa malas yang menyerangku.

Dalam keheningan dan upaya kekhusyu'an, aku seperti diberikan-Nya petunjuk. Ada bayangan-bayangan sekelebat dalam ingatanku. Oh ya, aku ingat, sebelum pagi itu, malamnya aku sempat menonton drama korea yang dimana di drama itu ada adegan kissing. Cukup lama aku menghabiskan waktu untuk menonton drama korea tersebut. Dan ternyata, paginya aku bangun dalam keadaan sangat malas, bisa jadi karena hati yang "kotor". 

Bagaimanapun mata dan telinga adalah jendela hati. Apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar, akan masuk ke dalam hati kita dan pasti memengaruhi hati kita. Jika yang kita lihat atau dengar adalah sesuatu yang dilarang Allah (haram), ya pasti akan menjadi satu titik noda di hati kita. Membuat hati kita kotor atau keruh. 

Kalau hati kotor, tentunya akan memengaruhi segala aspek lain dalam diri kita. Sebagaimana yang sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW, 

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Ini baru satu contoh. Contoh yang lainnya pasti sudah banyak terjadi dalam kehidupan kita. Semisal, perasaan yang tak nyaman ketika kita bertemu seseorang, ketika mengerjakan suatu pekerjaan, ketika datang ke suatu tempat, ketika mendengar sebuah nasihat, ketika mendengar sebuah candaan/lelucon, bahkan ketika kita melihat kebahagiaan orang lain. 

Inilah mengapa self awareness sangat penting bagi kita. Agar kita mudah mengenali dan memahami diri kita sendiri, sehingga kesadaran kita bisa terbangun. Yang dengan kesadaran itu semua, kita menjadi mudah untuk mengenali dan memperbaiki jika memang ternyata kita telah melenceng atau melakukan kesalahan, bertaubat, kembali lagi pada jalan-Nya yang lurus dan ngesot-ngesot memohon ampunan-Nya. 

Yang semoga dengan ampunan, rahmat, dan kasih sayang-Nya, kita bisa menjalani kehidupan ini dengan lebih baik dan lebih berkualitas dari hari ke hari. Hingga kita mati pun dalam keadaan beriman, berislam dan dianugrahi husnul khotimah (kematian dengan cara yang baik karena kebiasaan kita yang juga baik di mata-Nya). Aamiin Ya Allah.. Ya Mujiibassailin. 


- Hilma Humairah -


Komentar