Review Buku What's So Wrong About Your Self Healing karya Ardhi Mohamad


Bismillah..

Pada kesempatan ngeblog kali ini aku mau review buku yang menurutku bakal bantu kita banget buat beresin apa-apa yang perlu diberesin dalam diri. 

Langsung aja ya ga perlu panjang basa-basi.

Judul: What's so wrong about your self healing
Penerbit : Alvi Ardhi Publishing
Penulis : Ardhi Mohamad
Cover : Softcover
Bahasa : Indonesia
Harga : Rp 93,000

Hal yang dibahas di setiap bab:
1. Rasanya aku punya orangtua yang buruk
2. Rasanya aku nggak punya alasan untuk hidup
3. Rasanya aku selalu nggak punya teman
4. Rasanya aku selalu nggak pernah ngerasa cukup
5. Rasanya aku selalu butuh seseorang
6. Rasanya aku selalu takut/cemas/khawatir di setiap waktu
7. Rasanya aku terlahir sebagai orang yang gagal
8. Rasanya aku sedang depresi
9. Rasanya semua yang aku lakukan selalu salah
10. Rasanya tidak ada seorangpun yang bisa menolongku. 

Dari 10 bab di atas, mana yang relate sama hidupmu? Kalo aku secara pribadi, jujur, aku pernah ngerasain semuanya hahaha. 

Dan setelah melalui proses yang panjang, akhirnya aku bisa menemukan akar masalahku yang sebenarnya dan berusaha mengatasi setiap permasalahan yang datang. Tentu nggak lupa dibarengi sama doa kepada Allah. Karena usaha tanpa doa, seperti bikin sayur asem tanpa pake asem, hambar (apaan sih euy). 

Kembali ke buku ini ya. Bahasa yang digunakan penulis enak banget, kayak ngobrol. Nggak bertele-tele. Penulis bisa menjelaskan kenapa kita bisa merasakan itu semua (di setiap bab) dengan sudut pandang psikologi, karena do'i ya emang seorang "psychology graduate". Tapi, penulis bisa menjelaskan dengan bahasa yang ringan, sederhana, dan gampang dipahami. 

Sampai di setiap bab-nya, aku tuh merasa "ditabok-tabok" tapi tercerahkan setelahnya. Karena yang penulis sampaikan adalah kebenaran-kebenaran yang mungkin emang nggak pengen kita tau atau nggak mau kita ungkap dan akui selama ini. 

Dari semua bab, aku suka semuanya. Tapi yang mau aku "highlight" adalah bab 1 (rasanya aku punya orangtua yang buruk) dan bab 5 (rasanya aku selalu butuh seseorang). 

Di bab 1 ini penulis bisa banget bikin aku nangis sampai sesenggukan. Bikin sadar, oh iyaya selama ini "aku diperlakukan buruk sama orangtua", aku jadi berani mengakui kalo orangtuaku banyak melakukan kesalahan di pola pengasuhan yang mereka berikan kepadaku. Meskipun itu adalah bentuk "ketidaksengajaan" mereka. 

Setelah kontemplasi dan nangis-nangis bombay, aku dibuat lagi tercerahkan dengan argumennya. Ini bukan tentang menyalahkan orangtua, ini tentang kita memperbaiki luka masa kecil. Memahami alasan di balik sesuatu bisa menjadi salah satu cara kita untuk mulai menerima. Begitu pun masalah-masalah trauma pada masa kecil. Orangtua kita juga sebenarnya kesulitan tapi mereka sudah berusaha melakukan yang terbaik dari apa yang bisa mereka lakukan dan berikan untuk kita. Bukankah orangtua kita juga sebenarnya adalah "korban"? Mereka adalah produksi dari orangtuanya yang emang nggak sempurna juga. Iya, mereka juga korban seperti kita. Boleh jadi, masa kecil orangtua lebih parah daripada masa kecil kita. 

Solusi yang diberikan penulis juga sederhana tapi efektif menurutku. Yaitu "mulailah memberi daripada terus-terusan menuntut". 

Dari sini kita bisa mulai belajar menerima. Sehingga dengan penerimaan itu, kita bisa maju, membentuk masa depan, menjadi orang yang baik meskipun masa kecil kita buruk. 

Jadi, stop mental korban. Merasa diri selalu menjadi korban nggak akan bikin kita kemana-mana. Malah semakin terpuruk dan nggak berdaya. Padahal Allah gak pernah dzolim sama hamba-Nya. 

Lanjut ya.. Bab 5.

Di bab 5 (rasanya aku selalu butuh seseorang). Dibahas "semua relationship dalam hidup kita adalah hasil dari kita mencoba apa-apa yang hilang dari relationship kita dengan orangtua". Dan yang hilang dari relationship mu itu adalah.... 

Silakan isi titik-titik itu sendiri aja ya. Semisal, kehangatan, perhatian, kasih sayang, cinta, penerimaan, pengakuan. 

Aku secara pribadi setuju sih dengan yang dijelaskan penulis barusan. Waktu di sekolah aku pernah berusaha jadi orang yang populer dengan prestasi. Saat aku rangking 1, rasanya enak aja gitu dapet perhatian, pengakuan, temen yang banyak. Padahal kenyataannya yang deketin aku juga ya nggak bener-bener tulus semua. Ada aja orang yang emang memanfaatkan. Deketin karena ada maunya, ya nyontek PR misalnya haha. 

Dari situ aku mulai sadar sih. Oh aku seneng jadi orang populer dan dikelilingi banyak teman karena memang selama di rumah aku nggak (jarang) mendapatkan itu dari orangtuaku sendiri. 

Karena memahami ini. Kedepannya aku bisa pasang alarm buat diri sendiri, semisal "eh ini gue ngelakuin ini beneran gue pengen dan ikhlas karena Allah atau cuma karena gue pengen diterima dan diakui orang lain nih?".

Karena kenyataannya banyak ya dari kita ngelakuin ini itu, ngelakuin banyak hal ya emang cuma buat dapetin "reward" dari manusia. Biar dipuji, biar dicap baik, ya pokonya buat muasin manusia aja gitu biar kita diperlukan dengan hal yang sama juga. Tanpa sadar, memuaskan dan menyenangkan semua orang adalah sebuah kemustahilan. 

Buat yang penasaran sama isinya, buku ini dijual banyak di Shopee dan Tokopedia (ini gue gak diendorse, emang pengen aja nyebut kedua nama tersebut heuheu).

Anyway, sampai sini aja ya review-nya. Kalo kebanyakan ya kasian donk penulisnya, masa udah cape-cape bikin satu buku, dibocorin semua disini 😁

Kesimpulannya, buku ini cocok dibaca untuk kamu yang butuh solusi beresin hal-hal yang selama "ngeribetin" jiwa dan hidupmu. Karena gaya bahasanya yang ringan, kurasa buku ini bisa dibaca oleh remaja dan dewasa, di rentang umur 14 - 50 tahun ke atas.

Selamat menggali diri  Semakin menggali, semoga kita semakin mengenal diri sendiri. Semakin mengenal diri sendiri, semoga kita semakin mengenal Allah sebagai Sang Pencipta yang luar biasa cinta dan kasih sayang-Nya. 

Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjukNya, dirahmati, dan disayangi Allah. Aamiin Ya Mujibassailin.

Rating: 4,5/5 (opini pribadi).

- Hilma Humairah -



Komentar