Dunia Sebagai Hiasan

Siapa saja yang menjadikan dunia sebagai tujuan maka rusaklah dia. Seorang mukmin hanyalah sebagai pemakmur dunia tempat singgah sementara, sebagai khalifah dalam menjalankan misi risalah, yang memandang dunia sekedar alat untuk ruku dan sujud kepada Allah azza wajjala.

Barangsiapa yang memegang dunia dengan hatinya, mengaguminya bahkan merasa damai di dunia sementara ia lalai kepada akhirat, maka akan pecahlah kehormatan dirinya, hina dina kehidupannya, seluruh makhluk mengutuk dan melaknatinya.

Dunia yang baik dan layak didiami oleh mukmin sholihin adalah dunia yang hukum-hukum Allah terpelihara di dalamnya, dipimpin oleh orang-orang beriman, negeri aman dan sentausa, yang bersih dari kemusyrikan.

Sikap mukmin terhadap kehidupan dunia, memandang kehidupan dunia hanyalah permainan hidup yang banyak tipuan. Diantaranya sikap itu antara lain.

1. Zuhud
Zuhud mengandung pengertian sederhana, menjauhi sifat, sikap dan tabiat berlebihan dan bermewah-mewah. Ciri orang zuhud adalah sedikit sekali kegemarannya pada barang-barang duniawi, sederhana dalam menggunakan segala miliknya, menerima apa yang ada, tidak merisaukan apa yang telah tiada, pada pandangannya pujian dan celaan orang adalah sama saja, ia tidak bergembira karena mendapat pujian dan tidak pula bersusah hati lantaran mendapat celaan.

2. Wara
Wara adalah sikap berhati-hati. Berhati-hati terhadap barang yang sia-sia (mubadzir), subuhat, yang mubah meskipun halal apalagi terhadap yang haram. Wara adalah menjauhkan diri dari segala sesuatu yang akan menjauhi kecintaan Allah kepadanya.

3. Khauf
Khauf adalah senantiasa menangis karena takut kepada Allah, bukan menangis lantaran sedih sempit rejeki, tiada berpakaian, kurang makanan, melainkan menangis lantaran takut tidak bisa mencukupkan dirinya, mencakapkan dirinya, dan mempandaikan dirinya dalam menyelaraskan diri dengan hukum hukum syariah.

Rasulullah SAW bersabda;
"Tidak ada anugrah yang didapatkan seorang mukmin setelah taqwa kepada Allah azza wajjala yang lebih baik baginya dari mendapatkan pasangan (istri) yang sholilah, yakni istri yang jika suaminya memerintahkan sesuatu kepadanya, ia segera mentaatinya, jika suaminya melihat terhadapnya, maka suami menjadi senang hati karena nya, dan jika suami memberi nafkah untuknya, ia menerima dengan baik, dan jika suaminya pergi, ia memelihara cinta dan kehormatan suaminya di dalam dirinya dan dijaga harta suaminya. (HR. Bukhari)

Komentar