Agar Cintamu pada Keluarga Berbuah Cinta pada Allah

Setiap orang tua mencintai anaknya, namun tak setiap cinta melahirkan kebaikan. Cinta kita mendorong kita untuk berbuatb yang terbaik, tapi tidak setiap upaya memberikan yang terbaik melahirkan kebaikan di dunia dan akhirat.
Beberapa prinsip yang harus diingat:
1. Allah tidak suka disandingkan dengan siapapun dan apapun
Q.S At taubah 24. Katakanlah, "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik"
2. Pertimbangan sikap terhadap manusia tidak hanya menimbang kekerabatan atau darah tetapi juga melihat keimanan
Q.S At taubah 23. "Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai wali, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim"
3. Yang saling mencintai di dunia belum tentu saling mencitai di akhirat
Q.S Al mujadillah 22. "Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Meraka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Lalu dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung"
4. Bahkan kerabat dekat pun bisa menjadi musuh
Q.S Az-Zukruf 67. Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain kecuali mereka yang bertakwa"
Bagaimana landasan cinta kita pada keluarga diatas landasan ccinta kita pada Allah
Ibnu ‘Abbas berkata,
من أحب في الله، وأبغض في الله، ووالى في الله، وعادى في الله، فإنما تنال ولاية الله بذلك، ولن يجد عبد طعم الإيمان وإن كثرت صلاته وصومه حتى يكون كذلك. وقد صارت عامة مؤاخاة الناس على أمر الدنيا، وذلك لا يجدي على أهله شيئا.
“Siapa yang mencintai dan benci karena Allah, berteman dan memusuhi karena Allah, sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba tidak akan bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan karena kepentingan dunia. Persahabat seperti itu tidaklah bermanfaat bagi mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir disebutkan dalam Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi
“Tali iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. At-Tirmidzi).
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi
Membangun keluarga yang bahagia dunia akhirat--- membangun keluarga dakwah
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya (sakinah), dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih (mawaddah) dan sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
(QS Ar Rum ayat 21)
keluarga dakwah, insya Allah tidak hanya bahagia di dunia tapi juga di akhirat
Q.S At Tahrim ayat 6
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Yaitu keluarga dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Keluarga yang dibangun oleh pasangan suami-istri yang shalih.
2. Keluarga yang anggotanya punya kesadaran untuk menjaga prinsip dan norma Islam.
3. Keluarga yang mendorong seluruh anggotanya untuk mengikuti fikrah islami.
4. Keluarga yang anggota keluarganya terlibat dalam aktivitas ibadah dan dakwah, dalam bentuk dan skala apapun.
5. Keluarga yang menjaga adab-adab Islam dalam semua sisi kehidupan rumah tangga.
6. Keluarga yang anggotanya melaksanakan kewajiban dan hak masing-masing.
7. Keluarga yang baik dalam melaksanakan tarbiyatul aulad (proses mendidik anak-anak).
8. Keluarga yang baik dalam mentarbiyah khadimah (mendidik pembantu).
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Anak adalah amanat di tangan kedua orangtuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah, belum mudah condong kepada segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan itu, begitu pula sebaliknya.
Surat Al-Furqaan ayat 74:
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi golongan orang-orang yang bertaqwa.”
kita pun dapat memetik buah yang dapat kita tanam
"Siapa yang membaca Al-Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, akan dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan jubah(kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanyabertanya,'Mengapa kami dipakaikan jubah ini?' Dijawab, 'Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur'an.'" (HR Al-Hakim)

Semoga Allah menguatkan pundak kita untuk membangun keluarga dakwah sang pemburu surga

Komentar