TAK PERLU KATA NANTI UNTUK BISA BERBAKTI


By: Hilma Humairah

Setelah lulus kuliah saya bercita-cita ingin memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang besar. Alasannya karena saya ingin membalas kerja keras mama saya yang telah berhasil membiayai kuliah saya yang pastinya tak murah,  karena saya kuliah di perguruan tinggi swasta. Mama membiayai hidup dan pendidikan saya sendirian. Iya,  SENDIRIAN. Bukan hanya saya, mama saya juga membiayai hidup dan pendidikan kakak saya. Intinya,  mama saya Single Fighter dalam mengurus kehidupan anak2nya.
Terus Bapak kemana aja, ga biayain? Saya berpikir positif dengan sangat keras,  mungkin penghasilan Bapak terkuras habis untuk membiayai keluarga barunya,  jadi saya tak terlalu berharap banyak kepadanya. Dikasih syukur,  tak dikasih juga tak apa.

Karena itulah saat itu saya semangat melamar pekerjaan kesana kemari dan memprioritaskan pekerjaan dengan gaji yang besar. Yang gajinya kecil? Ga saya lirik lah (sombong bener ni bocah). Tapi kali itu ibu saya meminta sesuatu kepada saya,  "De, mama jarang minta kan sama ade,  kali ini mama minta ade jangan jauh2 dari mama, kerja di Bandung aja,  jangan keluar kota apalagi luar pulau". Saya sempat protes,  kan belum tentu dapat pekerjaan di Bandung,  apalagi saya ingin pekerjaan yang bergaji tinggi. Tapi ibu saya tetap bersikeras agar saya bekerja di tempat yang masih dekat dengan rumah kami.

Saya mencoba membujuknya, dengan alasan ingin berbakti dan membahagiakannya,  membuatnya bangga,  membuatnya tak menyesal sudah cape2 membiayai pendidikan saya. Saya harus jadi orang yang sukses (menurut versi saya). Saya dulu pernah bertanya apa yang paling mama inginkan di dunia ini untuk dirinya sendiri, beliau hanya memiliki 3 keinginan, yaitu  mati khusnul khotimah, punya amal jariyah,  dan pergi umroh (beliau malas kalo pergi haji karena antriannya lama, kalo umroh kan bisa kapan aja katanya hee). Saya terus membujuknya dengan alasan ingin membiayai perjalanan umrohnya. Ibu saya berkata "mau nabung berapa lama sampe kekumpul biaya umroh? Kalo umur mama ga nyampe sampe uangnya kekumpul gimana? Kalo mau berbakti sama mama dari sekarang2 aja, biayai keperluan mama, biar mama ga usah ngambil gaji pensiunan mama ,  jadi gaji pensiunan mama kalo udah kekumpul bisa buat umroh." (mama pensiunan PNS,  beliau sebelumnya pernah merasakan bekerja sebagai staff, sebagai bendahara dan sebagai pimpinan proyek di Bappeda Pemda Kabupaten Bandung).

Akhirnya saya menyetujuinya. Betul juga, jika ingin berbakti tidak perlu pakai kata nanti. Saya berikhtiar mencari penghasilan yang tak jauh2 dari Bandung. Saya memulai mencari penghasilan dengan berdagang,  berbisnis. Pada tahun 2013 saya diterima menjadi asisten dosen (saat itu namanya asmik,  asisten akademik, cikal bakal dosen) di tempat saya kuliah. Selain itu,  saya merintis produksi jaket,  berdagang pakaian dan kerudung,  juga menjadi distributor gadget (HP,  aksesoris HP,  powerbank,  modem dll). Apa aja deh,  yang penting bisa tetap di Bandung sesuai keinginan mama. Seiring berjalannya waktu, namanya hidup pasti tak selamanya mulus, ada saja ujian,  halangan, rintangan,  musibah bahkan peringatan yang datang. Pasang surut,  naik turun,  kami hadapi sama2. Seperti kata orang,  roda kehidupan mah selalu berputar,  kadang diatas kadang dibawah. Padahal pengennya sih di atas terus ya. Coba kalo udah di atas tuh rodanya bisa diganjel, kan enak ga usah ngerasain ada di bawah (jiaaah) :D

Ada satu kalimat sakti dari mama kalo beliau udah ada maunya. Kata "berbakti" adalah sebuah kode saat mama menginginkan sesuatu dariku. Misal,  mama ingin dibelikan sepatu,  dibelikan tas,  dibelikan kompor gas baru (karena yang lama bermasalah),  dibelikan baju,  selalu kalimat sakti itu yang diucapkan,  "de, mau berbakti ga sama mama?" dan saya tak kuasa untuk bilang tidak :D

Lama kelamaan, sampailah gaji pensiunan mama terkumpul untuk bisa pergi umroh. Saya sangat senang. Namun umroh dibatalkan,  karena ada seseorang yang meminta bantuan pinjaman uang kepada mama yang jumlahnya tak sedikit. Saya sempat menyarankan, itu uang untuk mama umroh, jadi mama yang lebih perlu,  masa mau diberikan begitu saja. Tapi mama bilang "gapapa, dia lebih butuh uang itu daripada mama,  dia datang ke mama artinya mama dipercaya sama Allah buat bantu dia, nanti mama takut dosa kalo ga bantu padahal bisa bantu, uang umroh mah nanti juga bisa dicari lagi". Ya sebagai anak, saya menurut saja. Meskipun agak berat untuk menyetujuinya saat itu.

Dan sekarang mama sudah tak ada. Sempat umroh?  Tidak sempat. Menyesal?  Tidak. Saya tak menyesal,  saya senang karena saat itu mengikuti saran mama,  untuk tetap menemani mama, cari pekerjaan yang tak jauh2 dari Bandung, membiayai keperluan sehari2 mama dengan gajiku yang pas2an dan pergi pulang kerja tanpa ngekost hanya untuk bisa tidur bersama mama (meskipun bisa menghabiskan total 6 jam lebih di perjalanan).

Terima kasih mama.
Semoga mama tak pernah menyesal punya anak seperti ade. Aamiin.

"Karena hidup bukan hanya tentang kisah cinta atau menggapai cita tetapi juga pengabdian kepada orangtua." -Hilma Humairah-

Peringatan: membaca tulisan ini mungkin bisa menyebabkan baper maksimal, jika baper berlanjut silahkan hubungi mama papa terdekat di kota atau desa anda #etdaah :)

Komentar