INNER CHILD #1


Seorang gadis kecil di sebuah desa, mempunyai seorang adik. Suatu hari, adiknya sakit panas dan keesokan harinya, si adik meninggal dunia. Beberapa tahun kemudian, ia mempunyai adik lagi dan kejadian yang sama terulang. Tidak hanya dua kali, adiknya yang ketiga pun demikian. Tiba-tiba panas tinggi, lalu keesokan harinya meninggal dunia.

Si gadis kecil, tidak tahu apa-apa kala itu. Tidak banyak penjelasan yang ia dapatkan. Ia pun bertumbuh menjadi seorang wanita normal, kemudian menikah, hamil dan melahirkan. Suatu malam, bayi kecilnya panas tinggi. Dan sang wanita, tiba-tiba dilanda kepanikan yang luar biasa. Bayangan masa kecilnya yang selama ini tidak pernah ia rasakan, kembali hadir dan menjadi momok yang membuat ia sangat ketakutan.

Itulah yang disebut inner child.

Inner child adalah suara-suara di dalam diri kita yang membawa perasaan-perasaan yang tidak bisa kita ekspresikan ketika kita masih kecil. Mereka membawa ketakutan, kemarahan, rasa malu dan putus asa. Mereka juga membawa kegairahan, kegembiraan, kesenangan, dan cinta.

Ya, inner child tidak selalu negatif. Inner Child yang positif, justru harus kita jaga dalam diri kita.

Ada banyak penyebab, kenapa seseorang mempunyai inner child negatif. Salah satunya, karena kondisi keluarga yang disfungsional. Kondisi keluarga yang disfungsional dapat terjadi karena perceraian, orang tua melakukan kekerasan dan pengabaian, orang tua yang punya penyakit mental, orang tua yang perfeksionis, mengendalikan, dan over protektif, orang tua yang melakukan kekerasan fisik, emosional, dan seksual, dan orang tua yang tidak hadir secara emosional karena workaholic, alcoholic, atau meninggal.

Ketika seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang tidak menghargai (atau tidak tahu cara menghargai) perasaan sang anak, maka perasaan sang anak menjadi sesuatu yang tidak penting. Padahal, ia butuh kesempatan dan tempat untuk belajar bagaimana mengenali, mengekpresikan, melepaskan, dan mentransformasikan apa yang kita rasakan.

Ketika telah dewasa, seseorang yang menyimpan inner child negatif biasanya akan merasakan beberapa hal berikut:

1. Kurang percaya diri pada hubungan antar pribadi, baik di rumah, pekerjaan, sosial dan di masyarakat.
2. Ketidakmampuan untuk percaya bahwa ia pantas untuk mendapatkan hal-hal baik dalam kehidupan.
3. Malu akan masa lalunya.
4. Perasaan bersalah akan masa lalu.
5. Tidak mampu memaafkan diri sendiri untuk semua kesalahan dan kegagalan pada masa lalu.
6. Tidak mampu untuk membuat pernyataan yang baik atau pujian pada diri sendiri.
7. Tergantung pada orang lain untuk mendapat persetujuan.
8. Takut akan penolakan dari orang lain.
9. Berusaha tidak terlihat sehingga orang lain tidak tahu apa yang sedang dipikirkan, bagaimana perasaan yang sedang dirasakan atau apa yang sedang dikerjakan.
10. Terlalu menaruh harapan pada orang lain
11. Mencari atau menginginkan orang lain untuk mengasuh dan menyayanginya untuk menutupi ketidakadaan pengasuhan di masa lalu.
12. Kebutuhan untuk menghindari konflik
13. Enggan untuk menerima bahwa solusi untuk permasalahannya adalah tanggung jawab dia sendiri.
14. Tidak mampu untuk melakukan kontrol diri di semua aspek kehidupannya.
15. Sering melakukan manipulasi agar orang lain melakukan apa yang dia inginkan.
16. Sering mengalami permusuhan, kegetiran, sindiran dan kritikan tentang kehidupannya.
17. Terlalu pesimis tentang kemampuannya untuk melakukan apa yang diperlukan untuk kesembuhan karena penghargaan diri yang rendah.
18. Dikendalikan kemarahan, dendam dan kebencian terhadap seseorang di masa lalu yang telah memperlakukan kekerasan atau pengabaian kepadanya.
19. Ketidakjelasan arah tujuan hidup.
20. Tidak yakin dengan siapa dirinya sendiri.

Jika kita mempunyai dua atau lebih hal diatas, kita perlu untuk me-reparenting diri kita sendiri.

Bagaimana cara me-reparenting diri, atau menghilangkan Inner child negatif yang sudah ada dalam diri kita? Kita akan bahas di #psycorner yang selanjutnya yaa.. Semoga bermanfaat. (rm)

📚 Sumber: Seminar Elly Risman, dan beberapa referensi tambahan, supermom note

#parenting
#reparenting
#parent
#anak
#orangtua

Komentar