Mengatasi Masalah Jodoh Yang Tak Kunjung Datang

Oleh: Hilma Humairah

Tulisan kali ini saya tulis atas permintaan teman-teman yang merasa gelisah karena jodoh tak kunjung datang.  Mereka penasaran bagaimana saya bisa tenang-tenang saja di usia lebih dari sperempat abad tapi belum juga menikah. Oh well,  harusnya saya yang bertanya balik,  bagaimana kalian bisa menganggap bahwa saya tenang-tenang saja,  hha :D

Hmm.. Oke baiklah mari kita bahas ya..

Sebenarnya masalah jodoh ini yang paling sering bikin mumet pikiran. Karena jodoh yang tak kunjung datang seringkali membuat kita rendah diri. Betul apa bener?? Kita jadi berpikir bahwa kita ini buruk dan bertanya-tanya apakah saya tidak pantas menikah? apakah saya tidak berhak bahagia? Tapi kenapa teman-teman saya bisa cepat menemukan jodohnya meskipun dengan jalan maksiat (berzina atau hamil diluar nikah misalnya)? Yah pertanyaan-pertanyaan yang bikin baper maksimal selalu menghantui. Kenapa dan kenapa. Akhirnya malah membuat kita jadi tidak fokus dalam menjalani hidup. Membuat kita putus asa dan merasa hampa. Serasa hidup ini tak berwarna alias monochrome, cuma hitam putih yang monoton dan membosankan.

Kalian kira saya diem aja gitu? Duduk manis di atas batu sambil nunggu pangeran berkuda putih datang? Ya nggaklah,  kawan. Selama menanti, alangkah lebih baik kita pun berusaha memantaskan diri dengan mengupgrade potensi diri, ilmu juga keimanan.

Salah satu upaya termudah,  cobalah ikuti kajian-kajian atau seminar pranikah/membangun keluarga sakinah. Tak perlu setiap hari,  sesekali juga tak apa, yang penting agar pikiran kita bisa terbuka mengenai seluk beluk pernikahan di dalam Islam.

Dari mengikuti kajian pranikah itulah saya mendapatkan solusi-solusi untuk mengatasi "kehampaan" yang dirasakan karena jodoh yang tak kunjung datang. Adapun solusi-solusi ini saya dapatkan tidak hanya dari satu narasumber, tapi dari beberapa yang kemudian saya rangkum dan saya jadikan satu. Alhamdulillah saya mendapatkan kepercayaan diri kembali dan lebih getol lagi untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ada pun solusinya adalah:

1. Berprasangka Baik Kepada Allah.

Ya ini rasanya sulit dilakukan oleh orang yang sedang frustasi atau merasa putus asa. Boro-boro berprasangka baik kepada Allah, yang ada kita malah mempertanyakan kenapa Allah tidak adil, orang lain cepat mendapat jodoh sedangkan saya tidak. Padahal saya sudah menjaga diri bahkan tak pernah pacaran. Betul suka mikir begitu? Hmm.. Yakinlah bahwa Allah menyayangimu melebihi kasih sayang ibu yang melahirkanmu. Tanamkan dalam hati dengan disertai rasa percaya bahwa keterlambatan diperolehnya pasangan adalah kondisi yang terbaik. Berbaik sangkalah kepada Allah bahwa kondisi tersebut adalah kondisi yang paling ideal yang dipilihkan Allah untuk hambaNya karena suatu hikmah yang mungkin belum diketahui makhlukNya. Tertundanya mendapatkan pasangan hidup bukan pertanda Allah membenci hamba tersebut, sebagaimana cepatnya mendapatkan pasangan hidup bukan tanda bahwa Allah mencintai hamba tersebut. Ada banyak hamba Allah yang mulia yang terlambat menikah, bahkan wafat dalam keadaan belum sempat menikah. Nabi Yahya ‘Alaihis salam wafat dalam keadaan belum menikah, Al-Imam Al Ghazzali baru menikah pada usia 50 tahun, Imam An Nawawi wafat dalam usia 40 tahun tanpa menikah, Ibnu Taimiyah wafat dalm usia 67 tahun dalam keadaan membujang, Imam At-Thobary wafat dalam usia 86 tahun tidak ditemani istri dan anak. Semuanya adalah hamba-hamba Allah yang shalih dan terbukti bermanfaat ilmunya bagi kaum muslimin. Bahkan Bilal pun, yang kesolehannya terkenal karena terompahnya sampai terdengar di surga, Ia wafat sebelum sempat menikah selama hidup di dunia.

Teringat nasihat, "Daripada menikah dengan orang yang salah, lebih baik sekalian saja tidak usah menikah". Kenapa? Ya karena kesalahan pertama yang kita buat dan sangat fatal untuk keberlangsungan hidup kita juga anak-anak kita ke depannya adalah SALAH MEMILIH PASANGAN. Kesalahan dalam memilih pasangan ini bisa disebabkan oleh kita yang terburu-buru menikah hanya karena terdesak oleh umur yang semakin bertambah. Lantas berpikir bahwa ya sama siapa aja deh nikah yang penting ada, yang penting mau. Padahal dalam Islam sudah dijelaskan pernikahan yang akan membawa kepada keselamatan dan keberkahan adalah pernikahan karena Allah, yang dimana suami istri memilih pasangan karena diin (agamanya) yang memiliki kesekufuan (kesetaraan) dalam hal keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Sehingga memiliki tujuan yang sama yaitu meraih keridhoan Allah SWT.

Belum tentu menikah adalah kondisi yang terbaik bagi seorang hamba. Terkadang, hidup seseorang malah semakin susah setelah menikah karena istri yang sulit diatur, suka membangkang, atau bahkan selingkuh. Pikirannya bertambah karena anak-anak yang nakal, durhaka kepada orang tua, menghabiskan harta dan sebagainya. Akhirnya, kualitas diin (agama) pun menurun. Jika sebelumnya dia rajin shalat, puasa,membaca Al-Quran, mendatangi majelis ilmu maka setelah menikah justru semuanya ditinggalkan. Dalam kondisi ini, nikah bukan lagi menjadi berkah, tetapi malah menjadi musibah. Jadi, yakinilah dulu bahwa Allah berkehendak baik kepada hambaNya yang beriman.

Maka tetaplah berprasangka baik kepada Allah.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (al-Baqarah: 216)

2. Koreksi diri (Muhasabah) dan perbanyak istighfar.

Koreksilah diri, apakah banyak bersalah kepada Allah, sering membuatNya murka, dan tidak mengindahkan nasehat-nasehatNya dengan banyak melakukan dosa dan maksiat. Kadang-kadang Allah karena kasih sayangNya kepada seorang hamba, Dia memberi hamba tersebut kesusahan dan keresahan setelah dia berbuat maksiat dengan maksud agar segera kembali dan bertaubat  kepadaNya. Kesusahan yang ditimpakan kepada hamba tersebut dimaksudkan agar dia kembali ke jalan-Nya dan mengetahui hakikat kehidupan dunia yang fana ini lalu mengambil keputusan untuk mengisi hidup dan menghabiskan umur dengan cara yang diridhoiNya.
Bisa juga seorang hamba diberi kesusahan dan diuji gara-gara ucapannya. Ucapan seperti “mendapatkan istri itu gampang” atau “orang seperti saya ini, kalau cari istri pasti cepat dapat” atau “banyak lho yang suka sama saya, kalau saya melamar fulanah, pasti dia langsung menerima”, atau “aku meski nikah usia tua tidak masalah”, atau “meskipun tidak menikah aku juga siap” dan ucapan-ucapan yang semisal, adalah perkataan yang berbahaya dan bisa membuat seorang hamba diuji dan dilambatkan memperoleh pasangan hidup.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (tepat/akurat), niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu (Al-Ahzab: 70-71).

Jika setelah melakukan perenungan, muhasabah dan mengoreksi diri kemudian menemukan hal-hal ini pada diri (perbuatan maksiat, dosa dan ucapan-ucapan yang dibenci Allah), maka bersegeralah meminta ampun dengan beristighfar dan bertaubat  kepada Allah. Perbanyaklah istighfar yang dihiasi dengan amal shalih agar bersih dan suci kembali sebagaimana bayi yang baru lahir. Mudah-mudahan dengan cara itu Allah berkenan mengampuni, mencintai dan berkenan menjadikannya termasuk golongan hamba-hambaNya yang didekatkan. Jika diri sudah dekat kepadaNya, maka semua kebutuhan akan dipenuhi olehNya.

Sesungguhnya Aku mencicipkan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar dengan bertaubat ). (As-Sajdah: 21).

Dosa yang dimaksud adalah semua dosa, baik dosa karena tidak melaksanakan perintah maupun melanggar larangan. Tidak membedakan apakah dosa tersebut sudah dilakukan maupun direncanakan, yang dilakukan sembunyi-sembunyi maupun dilakukan terang-terangan, yang diketahui dengan jelas bahwa itu adalah dosa maupun yang hanya dikhawatirkan termasuk dosa. Jangan sampai merasa diri bersih dan suci karena Allah melarang hal itu.

Janganlah  kalian menganggap diri kalian suci, sesungguhnya Dia yang paling Mengetahui siapa yang bertakwa. (An-Najm: 32).

Maka perbanyaklah muhasabah dan taubat kepada Allah.

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. (Hud: 3)

Dalam ayat di atas Nabi Hud juga menyeru kaumnya agar bertaubat dan istighfar, lalu menjanjikan hujan lebat, kekuatan yang ditambah dan kenikmatan dunia lain yang baik bagi mereka.

3. Berdoa meminta jodoh dengan cara yang baik dan benar

Memintalah kepada Allah dengan berdoa, karena Dia adalah Dzat yang senang jika dimintai dan menjamin pengabulan setiap doa. Allah berfirman;

dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu". (Mu’min: 60)

Sabarlah menunggu pengabulan doa, karena tidak sabar menunggu bisa berakibat ditolaknya doa.

“Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda; salah seorang diantara kalian akan dikabulkan doanya selama tidak tergesa-gesa. Yaitu ketika mengatakan; aku telah berdoa tetapi belum dikabulkan” (HR Bukhari)

Diantara doa dalam Al-Quran yang bisa dipakai untuk meminta pasangan dan keturunan yang Shalih adalah ayat dalam surat Al-Furqon berikut:

"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami; isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqon: 74)

Doa ini bisa dibaca pada saat shalat malam terutama saat sujud setelah membaca Tasbih.

4. Berikhtiar dalam bingkai syari'atNya.

Ikhitiar atau usaha adalah amal, dan setiap amal yang diniatkan untuk Allah semuanya dihitung sebagai amal shalih.

Hanya saja,  jangan sampai upaya yang dilakukan bertentangan dengan hukum syara. Lakukanlah upaya mendapatkan istri atau suami dengan cara yang ma’ruf seperti bergaul dengan orang-orang soleh, datang kepada orang soleh untuk meminta dihubungkan dengan salah satu orang soleh lainnya, meminta ulama mencarikan dll. Jangan melakukan pendekatan ala pacaran, atau berinteraksi dengan lawan jenis melalui cara-cara melanggar syari'at agama.
Adapun nasehat dari Ustadz Khalid Basalamah,  Rasul menyarankan "carilah orang yang sekufu untuk diajak menikah". Karena yang sekufu bisa membuat kita mudah beradaptasi dalam menjalani bahtera pernikahan dan cenderung lebih mudah untuk merasakan ketentraman terhadap pasangan. Yang berpendidikan menikahlah dengan yang berpendidikan. Ekonomi atas menikahlah dengan ekonomi atas. Bukannya tidak boleh jika profesor menikah dengan tamatan SD, bukannya tidak boleh yang kaya menikah dengan yang miskin, tapi ini akan membutuhkan ekstra kerja keras untuk beradaptasi lagi.

Adapun nasehat dari ustadz Felix Siauw, jangan kaget ketika Allah seringkali  mendekatkan kita (para wanita) dengan pria yang brengsek (jahat). Beliau bilang, Di dunia ini pria hanya ada 2 macam yaitu baik dan jahat, yang baik sedikit dan yang jahat banyak. Sedangkan wanita ada 3 macam yaitu baik (jumlah sedikit), setengah-setengah (yg suka maksiat jalan ibadah pun jalan, jumlah banyak), dan jahat (jumlah sedikit). Jika kita termasuk ke dalam golongan wanita yang setengah-setengah, ya jangan pernah berharap dapat yang baik, pasti kalo ga dapet yang jahat, ya dapet yang setengah-setengah juga dengan dominasi sifat yg jahat. Ingat firman Allah bahwa Dia berjanji  "wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang baik". Begitu pula sebaliknya.
Mudah-mudahan apa yang diharapkan segera terkabul.

Wallahua’lam.

~Hilma Humairah~

Komentar