BEDA ILUSI DAN EMOSI

Saya mendapatkan pelajaran yang begitu berharga setelah mengalami pertengkaran kecil dengan seorang rekan.

Permasalahan ini diawali oleh sesuatu yang membuat saya merasa tidak nyaman atas ulah rekan saya. Dia tiba-tiba mengungkit masalah saya dengannya padahal kejadian itu sudah berlangsung 2 tahun yang lalu. Dia bilang hanya ingin meluruskan. Saya pun bertanya-tanya dalam hati, ini anak kenapa kejadian 2 tahun lalu diungkit lagi, saya mencoba menebak-nebak, akhirnya saya menyimpulkan oh mungkin dia tidak suka lihat saya bahagia karena saya memposting foto bersama teman-teman kuliah saya dulu. Hari disaat dia mengungkit kejadian 2 tahun lalu adalah hari dimana saya sangat berbahagia memposting foto bersama sahabat-sahabat saya sewaktu kuliah.

Saya menanyakan kepadanya melalui aplikasi pesan (Whatsapp) mengapa dia melakukan hal tersebut (mengungkit-ungkit lagi) di hari saya memposting foto bahagia bersama sahabat-sahabat, saya menanyakan apakah dia iri terhadap postingan saya? Pertanyaan saya memang terkesan menuduh, karena selama beberapa tahun sempat dekat dan mengenalnya, dia memang orang yang suka "panasan" dan suka meremehkan orang lain. Saya jujur mengatakan bahwa saya tidak nyaman atas perbuatannya. Dia tidak membalas pesan saya, malah saya diblokirnya. Ini justru membuat saya semakin bertanya-tanya dan merasa tidak nyaman. Merasa diabaikan dan terzholimi. Akhirnya dengan perasaan yang tak karuan saya terpancing untuk meneleponnya, telepon saya dia reject. Makin tak karuan, saya mengirimnya pesan melalui SMS, saya tanya apa yang sebenarnya terjadi, apa salah saya, kenapa kamu zholim sama saya. Saya kan bertanya baik-baik, berharap dapat jawaban juga baik-baik. Kalo iya dia melakukan itu katakan iya, kalo tidak ya katakan tidak, bukan malah saya jadi diblokir. Tindakannya yang seperti itu malah bikin saya semakin suudzon kepadanya. Dan langsung menyimpulkan, hmm dia itu memang menyebalkan, dari dulu tidak pernah berubah, suka menyimpan dengki lantas berulah karena kedengkiannya.

Keesokan harinya, tiba-tiba saja dia membuka blokiran WA nya terhadap saya. Dia mengirim pesan bahwa saya ini baru diblokir segitu aja udah riweuh bukan main. Dia mengatakan, semua yang saya tanyakan, semua yang saya prasangkakan tentang dirinya itu tidak benar. Jauuuuhh, begitu dia bilang. Dia memblokir saya karena malas meladeni saya yang berprasangka buruk kepadanya. Dia malas menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang menurut dia jauh sekali dari kenyataan yang sebenarnya. Saya jadi makin bingung, lantas tertawa, ini kok jadi saya yang diomelin, yang konslet sebenarnya siapa.

Akhirnya dia menutup pembicaraan dengan satu kalimat terakhir "Keliatan kan kamu belum bisa berpikir positif sama saya. Kamu belum bisa membedakan saya yang dulu dengan saya yang sekarang. Saya tegaskan, itu semua tidak benar, semua prasangka kamu dan pertanyaan kamu itu jaauuhhh dari kenyataan saya yang sekarang. Saya bukan mengungkit tapi meluruskan dan cuma ingin damai sama kamu."
Lantas saya berkata padanya, loh ya kalo kamu memang tidak seperti itu, kenapa saya langsung diblokir? Sehingga jadi menyimpulkan macam-macam. Kenapa tidak langsung saja katakan "Tidak, saya tidak melakukannya karena iri. Saya tidak seperti itu." Kan kalo dibalas, selesai perkara. Saya yang bertanya-tanya pun tidak akan penasaran. Ya namanya orang ingin memastikan, daripada suudzon mending langsung tanyakan kan? Dia hanya bilang, "ini lah saya, ini cara saya. Saya jadi bisa tau kalo kamu belum bisa memaafkan saya, belum bisa menerima saya yang sekarang. Baru diblokir segitu aja udah riweuh". Deggg!!! Saya pun terdiam, memilih berhenti untuk melanjutkan pembicaraan yang penting dia sudah membalas dengan jawaban tidak melakukannya. Dan tidak seperti yang saya prasangkakan. Aneh juga ya cara dia. Memblokir saya, padahal saya cuma butuh masalah yang saya resahkan ini clear.

Karena kejadian di hari itu saya mendapatkan pelajaran. Untuk selalu mencoba berpikir positif kepada seseorang meskipun orang itu memiliki masa lalu yang buruk (kelam), meskipun orang itu pernah menyakiti hati saya sebelumnya. Karena bisa jadi orang yang dulu pernah menyakiti hati saya, adalah orang yang tulus menyayangi saya. Tapi karena saya terlalu fokus dengan kesalahan di masa lalu nya, akhirnya saya tidak bisa berpikir positif kepadanya. Saya jadi sulit melihat kebaikan-kebaikan yang ada pada dirinya, sulit melihat perubahan positif yang terjadi pada dirinya, karena terus saja terbayang dengan kesalahan-kesalahan di masa lalu nya. 
Saya jadi sulit membedakan dia yang dulu dengan dia yang sekarang.

Ini jadi pelajaran berarti. Saya menyadari satu hal, ternyata saya masih belum bisa memaafkan kesalahan yang pernah dia lakukan kepada saya di masa lalu. Saya masih menyimpan dendam, sehingga saya tanpa sadar men-judge dia begini begitu hanya karena di masa lalu dia memang seperti itu. Dalam emotional healing therapy, perasaan sakit yang muncul di hari ini karena teringat kejadian di masa lalu, disebut ilusi. Ilusi berbeda dengan emosi. Ilusi merupakan energi dari perasaan sakit karena teringat luka (kejadian) di masa lalu sehingga menimbulkan trauma, selalu terbayang masa lalu dan sulit melihat kenyataan di masa kini.  Sedangkan emosi adalah sebuah perputaran energi dari perasaan yang kita rasakan tepat di waktu kejadian (sekarang). Contoh, kita lagi enak-enak nonton TV tiba-tiba baper karena teringat kejadian 2 tahun yang lalu sampai terasa sesak di dada dan membuat tak nyaman seharian, ini lah yang disebut ilusi. Ketika kita teringat kembali akan peristiwa buruk tersebut, fokuslah pada rasa yang dirasakan di dada. Bukan pada kejadian masa lalu yang menyakitkan hati. Itu ilusi! Mau ngoceh kayak apa juga, itu sudah lewat. Sedangkan contoh emosi adalah ketika kita sedang asik-asik nonton TV tiba-tiba listriknya mati, lantas kita akan merasa "yaah lagi rame kok mati lampu", ini lah emosi.
Kita harus pandai mengelola emosi, karena bisa jadi detik ini kita merasa bahagia, di beberapa detik kemudian bersedih. Wajar, karena namanya orang hidup tentu pasti akan senantiasa mengalami perubahan, sehingga emosi pun akan berbeda-beda di setiap waktu. Sedangkan ketika ilusi datang, coba lah kendalikan dengan hanya cukup fokus pada sesaknya di dada hingga perasaan sesak itu menurun perlahan-lahan. Ingat dan sadari bahwa kita sedang berada di masa kini, sedangkan ilusi yang baru saja hadir kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu. Ilusi yang hadir bukan untuk merusak mood kita seharian tapi untuk memberi pertanda bahwa masih ada sampah luka (yang mungkin berbau dan bernanah) yang disimpan di dalam hati kita.
Saya jadi punya PR besar. Bersihkan semua sampah ilusi (luka masa lalu) yang masih terjebak di dalam hati saya. Astagfirullah..

~Hilma Humairah~

Komentar